sebuah fakta tentang sebuah peci yang diambil dari( kompas)Menjelang lebaran, permintaan peci kepada sejumlah perajin peci di Kabupaten Tegal naik hingga mencapai lima kali lipat. Permintaan tersebut tidak hanya berasal dari pembeli lokal, tetapi juga dari luar Jawa. Untuk memenuhinya, para perajin terpaksa menerapkan sistem lembur bagi karyawan.
Bunyamin, perajin peci di Dukuh Narawisan, Desa Kajen, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Minggu (30/8) mengatakan, permintaan peci mulai naik sejak bulan Rajab atau dua bulan sebelum bulan Puasa.
Pada bulan-bulan biasa, ia hanya mampu menjual sekitar 200 kodi peci per bulan. Namun dalam dua bulan terakhir, penjualan peci mencapai lebih dari 2.000 kodi. Hingga saat ini, ia mengaku masih terus mendapatkan pesanan dari para pedagang grosir pakaian.
Selama ini, Bunyamin menjual peci buatannya ke Medan, Lampung, Bengkulu, dan Riau. Selain itu, ia juga melakukan sistem barter dengan perajin peci dari daerah lain, seperti Cianjur, Banjarmasin, Garut, Malang, dan Pati. Peci-peci hasil barter tersebut kemudian ia pasarkan lagi ke Sumatera, serta wilayah Tegal dan sekitarnya. "Kalau Sumatera benar-benar hanya untuk pemasaran," ujarnya.
Menurut dia, harga peci yang ia produksi bervariasi, mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 80.000 per kodi. Sementara harga peci hasil barter berkisar antara Rp 90.000 hingga Rp 175.000 per kodi.
Model peci yang saat ini paling digemari yaitu peci Aceh seharga Rp 40.000 per kodi dan peci Aceh Pita seharga Rp 80.000 per kodi. Kedua peci tersebut sama-sama berwarna hitam, tetapi berbeda ornamen. Peci Aceh berornamen benang emas berwarna-warni, sedan gan peci Aceh Pita berornamen pita berbenang emas yang dililitkan melingkar pada peci.
Kedua peci tersebut ia produksi sendiri. Khusus jenis peci Aceh dan peci Pita Aceh, dalam sepekan terakhir ia telah menjual sekitar 600 kodi. "Ini ada pesanan 200 kodi lagi, tetapi sudah tidak sanggup memenuhi," katanya.
Andalkan Persediaan
Bunyamin mengatakan, untuk memenuhi lonjakan permintaan peci, ia mengandalkan persediaan yang dimilikinya. Pada bulan-bulan biasa, ia mengaku memproduksi sekitar 700 kodi peci per bulan.
Namun karena yang terjual hanya sekitar 200 kodi, sisa sebanyak 500 kodi ia jadikan persediaan. Saat ini, semua persediaan yang ia kumpulkan sejak tahun lalu sudah habis terjual.
Selain itu, ia juga menerapkan sistem lembur bagi enam karyawannya, dari biasanya mulai pukul 08.00 hingga 16.00 menjadi pukul 07.00 hingga 23.00. Bahkan untuk beberapa jenis peci, ia mendapat bantuan dari perajin peci di Kebumen.
Subekhi (35), perajin peci lainnya di Desa Kajen, Kecamatan Talang mengatakan, permintaan peci selalu naik menjelang lebaran. Meskipun demikian, para perajin tidak menambah jumlah karyawan, karena lonjakan permintaan hanya bersifat musiman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar